Sepanjang tahun 2020, tercatat bahwa jumlah investor pasar modal utamanya generasi milenial, berkembangsebesar 56 persen menjadi 3,87 juta. Ini artinya, minat dari golongan tersebut mulai membanjiri pasar modal Indonesia.
Meski hal ini sebagai penanda yang bagus, namun ada segi lain dari fenomena tersebut. Yakni, banyak investor pemula yang nekat berusaha membeli saham menggunakan uang panas, mulai dari uang hasil sumbangan online, bahkan sampai menggadaikan surat tanah dan BPKB mobil.
Banyak penanam modal pemula yang justru salah kaprah dan menilai pasar saham selaku jalan pintas untuk memperbesar hartanya. Apalagi memang beberapa bulan terakhir pasar modal Indonesia tengah rebound sesudah anjlok di permulaan pandemi Covid-19.
Terkait hal itu, Ketua Dewan Pelaksana Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal (LSPPM), Haryajid Ramelan, mengingatkan terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dikala berinvestasi saham.
Mengutip CNBC Indonesia hari Selasa (19/1/2021), Haryajid mengatakan “Kalau untuk pemula kuasai knowledge dahulu, karena saham jangan beli kucing dalam karung. Membeli saham juga rela menahan emosi”.
Ia menyebut bahwa proses mencar ilmu bisa dikerjakan dengan belajar dari para senior. Menurutnya, mereka dapat menceritakan pengalaman ketika melakukan investasi selama beberapa tahun.

Investasi Saham: Sabar dan Paham Waktu Ideal
Haryajid juga menilai, sayangnya banyak orang yang enggan untuk berguru. Yang paling banyak terjadi justru lebih bahagia otak-atik ilmu itu sendiri, padahal salah satu cara yang lebih baik yaitu dengan masuk ke suatu komunitas serta mencar ilmu dari orang yang lebih terlatih.
Ia juga menyatakan bahwa yang sebaiknya dilihat dari saham yaitu apakah nilainya masuk akal atau tidak, bukan menurut animo yang ada.
Dia juga mengatakan bahwa menanti harga saham hingga murah bukanlah masalah mudah. Salah satunya terjadi saat Covid-19 melanda Indonesia sejak awal tahun kemudian.
Di samping itu, seperti yang telah jamak terlihat, diantara investor pemula sering muncul pertanyaan mengenai berapa lama saham harus dipegang.
Masih menurut Haryajid, idealnya lamanya menunggu saham ialah sekitar 3 hingga 5 tahun.
Seperti yang disepakati bareng bahwa investasi saham yakni seperti melakukan penyimpanan deposito yang di-rollover.
Secara lazim investasi saham dalam rentang waktu lama, akan memperlihatkan return yang lebih besar.
Selain itu, para investor juga akan mendapatkan dividen dari laba perusahaan. Makara pelaku investasi untung dalam dua hal yaitu saham dan dividen tersebut.
Menyiapkan edukasi serta rela menahan emosi menjadi hal yang penting. Apalagi para penanam modal berusia muda kadang-kadang justru melibatkan emosi.
Hal lain yang juga tak kalah penting yakni harus mempelajari perusahaan yang dituju, tergolong isu detail seperti mengenali siapa administrator, manajemen dan komisaris dan juga pemegang sahamnya.
Sumber stt.ac.id