Hindarilah Menulis Buku Ilmiah Dengan Bahasa Kaku Nan Menjemukan!

Salah satu faktor yang menyebabkan buku ilmiah kurang menarik perhatian baca bukan terletak pada konten, melainkan alasannya menulis buku dengan bahasa yang kaku.


Tidak mampu dibantah, dalam dunia tulis menulis, bahasa memiliki peran utama dalam penyampaian pesan dan kesan terhadap sebuah hal. Baik hal itu berupa fakta yang telah terjadi di lapangan, maupun opini yang dibangun menurut fakta-fakta tersebut. Setiap bahasa memiliki ciri khasnya tersendiri dalam penyampaian wangsit pokok sesuai kaidah yang berlaku di dalam bahasa tersebut, Selain itu, bahasa bersifat dinamis nan fleksibel sehingga segala wangsit pokok yang diutarakan oleh sang penulis akan senantiasa berbeda dengan penulis lainnya meskipun pandangan baru pokok mereka sama


Bahasa terbagi dalam berbagai macam bentuk sehingga melahirkan sebuah gaya bahasa dalam penulisan. Bukan gaya bahasa yang mempunyai arti majas, gaya bahasa dalam penulisan yaitu gaya bahasa yang terdapat dalam konteks berbahasa secara tidak eksklusif sesuai kaidah bahasa yang berlaku. Sayangnya, pada umumnya penulis berintelektual tinggi seringkali terlalu terpaku kepada kaidah-kaidah bahasa sehingga bahasa yang dipakai oleh penulis terkesan kaku. Kekakuan tersebut menciptakan pemikiran yang diutarakan oleh penulis menjadi terlalu susah untuk dicerna. Tidak heran pula, buku teks ilmiah menjadi kurang diminati oleh pembaca awam.


Gaya bahasa komunikatif ialah alternatif bagi para penulis untuk menyampaikan pemikiran secara lebih mengena terhadap pembaca. Baik tulisan itu berupa muatan fiksi maupun ilmiah, gaya bahasa komunikatif dapat memudahkan penangkapan gagasan dengan cara membaca. Akan sangat tidak manis bila buku ilmiah yang ditulis cuma dapat dipahami oleh sang penulis itu sendiri.  Maka dari itu, menulis kajian ilmiah dengan gaya bahasa yang komunikatif sangatlah recommended. Tentunya, hal ini juga mampu meminimalisir resiko miskomunikasi antara penulis dengan pembaca buku sang penulis. Sehingga menulis buku ilmiah menjadi lebih terarah dan terjamin kualitasnya.


Berikut ini yakni ciri-ciri bahasa ilmiah komunikatif yang wajib dimengerti dalam menulis buku ilmiah (Wibowo 2013:23)



  1. Emansipatoris


Emansipatoris dalam berkomunikasi dicetuskan oleh filsuf kekinian Jerman, Jurgen Habermas, pada tahun 1980-a dan diketahui juga sebagai teori komunikasi yang sehat. Menurut Habermas, komunikasi yang sehat ialah komunikasi yang tiap-tiap partisipannya bebas menentang, klaim-klaim apapun tanpa takut pada apa pun alasannya adalah tiap-tiap partisipan intinya mempunyai kesempatan yang serupa untuk berbicara dan membuat keputusan yang saling berbeda (dibaca: emansipatoris). Biasanya, ciri ini timbul bersama-sama dengan kutipan-kutipan yang diambil menurut tokoh-tokoh yang berhubungan, kemudian pembaca yang menentukan sendiri mana kutipan yang paling sesuai buatnya secara pribadi. Dalam kata lain, emansipatoris menempatkan posisi bukan selaku penengah gagasan atau referee, melainkan biro pemikiran yang ada.



  1. Singkat


Menulis buku ilmiah memanglah direkomendasikan untuk memuat data secara lengkap selengkap-lengkapnya. Hal ini menjadi penyebab mengapa aneka macam buku ilmiah dengan halaman yang lumayan banyak sehingga buku terkesan tebal. Ditambah lagi, masih banyak penulis yang sering memakai bahasa yang kurang efektif seperti menggunakan bahasa yang berdaki-daki. Bisa jadi, dalam acara menulis buku, sang penulis bingung dalam menyusun kalimat. Ada panik jikalau tulisannya tidak dapat dimengerti jikalau hanya dengan satu-dua kata pokok, sehingga menetapkan untuk memperlihatkan semua kata pokok yang terkait dalam satu kalimat. Justru sebab ketakutan tersebut, penulis malah menulis buku dengan cara yang menyantap waktu cukup usang,


Tentu saja, hal ini menciptakan kalimat yang digunakan menjadi terlalu panjang, tetapi hal ini juga bukan berarti tidak mampu dituntaskan. Cara mengatasinya  yaitu dengan menentukan satu paragraf yang mewakili satu pemikiran dulu. Gagasan tersebut mampu berupa gagasan pokok maupun sub-pokok dalam suatu kajian. Lalu, buatlah satu kalimat dengan satu kata pokok yang mewakili alur dari ide secara lugas, Dengan cara ini, penulis dalam mempersingkat penggunaan kata dalam sebuah kalimat, sehingga bahasa menjadi komunikatif. Perlu diingat bahwa bahasa komunikatif dalam dunia tulis menulis ialah bahasa yang nyaman dibaca.



  1. Jelas


                Bahasa penulisan dapat dibilang “jelas” bila disusun secara koheren alias serasi sehingga maknanya gampang diketahui oleh pembaca. Dalam mengaji suatu dilema, kejelasan sudut pandang suatu problem adalah sebuah keharusan. Misalkan, penulis ingin menulis tentang budaya global dalam dunia dewasa zaman kini; penulis mesti jelas memposisikan diri sebagai orang yang menentang, mendukung, ataupun sebagai pengamat semata (netral). Tentunya akan sungguh membingungkan jika penulis mengklaim selaku pihak pengamat, namun secara tidak pribadi ingin menjatuhkan mosi yang ada. Oleh sebab itu, posisi sudut pandang ini juga menentukan kredibilitas seorang penulis dalam menulis buku ilmiah.


Selain kejelasan dalam sudut pandang, kejelasan tersebut juga menuntut kejelasan penggunaan istilah yang mendukung gagasan. Hindarilah penggunaan istilah yang ambigu biar tidak ada miskomunikasi antara penulis dan pembaca. Jika ingin menempatkan perumpamaan dalam ide pokok kalimat, pastikan Anda paham apalagi dulu dengan makna perumpamaan tersebut. Jika belum begitu paham, gunakan rincian perumpamaan tersebut berdasarkan kutipan-kutipan yang mampu Anda ketahui. Maka dari itu, bahasa yang komunikatif dalam goresan pena yaitu bahasa yang jelas.



  1. Tepat


                Hampir ibarat ciri bahasa komunikatif adalah “jelas”, tepat dalam berbahasa adalah sebuah kewajiban dalam penggunaan bahasa goresan pena yang komunikatif. Dalam menulis buku ilmiah, penulis mesti menawarkan statement dalam suatu duduk perkara secara sempurna target. Tentunya akan sangat tidak baik kalau penulis “salah sasaran” dalam memberikan argumen kedalam tulisan. Contohnya, penulis menulis buku dengan tema besar ihwal budaya politik di Indonesia, namun mengaitkan pengaruh kesehatan bagi para politisi yang sedang berpolitk. Mungkin, jika dikaitkan dengan gangguan jiwa oleh calon legislatif yang gagal dalam pemilu masih mampu dibahas dengan budaya politik di Indonesia. Namun, bila terlalu jauh membicarakan problem kesehatan yang dialami para politisi di Indonesia, kajian akan menjadi kurang sempurna. Oleh alasannya adalah itu, sempurna yakni kata yang cocok untuk merefleksikan bahasa goresan pena yang komunikatif.



  1. Mencerahkan


Disamping memperlihatkan bantuan intelektual kepada dunia pendidikan tinggi, tujuan dalam menulis buku ilmiah yang paling utama adalah mencerahkan bagi pembaca. Mencerahkan dalam konteks ini adalah menunjukkan citra yang terang dan sempurna terhadap para pembaca dalam membahas suatu duduk perkara. Jangan hingga para pembaca yang membaca buku Anda menjadi tambah resah kepada bahasan yang ingin mereka selesaikan.


Terlebih lagi, kalau karya tersebut bersifat selaku new invention, penulis wajib memperlihatkan gambaran yang terperinci terhadap pembaca, semoga aspek inovatif dapat diperoleh. Menulis buku ilmiah yang mencerahkan memang tidak mudah, namun bukan bermakna tidak mampu dilaksanakan. Salah satu solusi untuk menulis buku ilmiah yang mencerahkan adalah memberi kutipan-kutipan khusus, diluar konteks bahasan yang ada. Cara ini juga dapat menjadi refreshing tersendiri bagi pembaca supaya tidak melulu untuk membicarakan bahasan inti semata, tetapi juga menikmati “selingan” yang ada. Dari hal itu pula, tulisan tersebut juga mencerminkan bahwa penulis tetaplah seorang manusia.



  1. Bertanggung Jawab


                Dalam prespektif budbahasa, bertanggung jawab mempunyai arti mampu menjawab kalau ditanyai tentang tindakan yang telah dijalankan. Sehubungan dengan itu, aktivitas menulis buku ilmiah akan disebut bertanggung jawab bila ditulis secara berkelas, berwawasan, etis, dan teliti. Hal ini dikarenakan, goresan pena ilmiah secara tidak pribadi mengorek-orek tentang bahasan yang ada dilingkungan sekitar. Baik berdasarkan fakta ataupun opini publik yang terbangun. Maka dari itu, sungguh perlu adanya tanggung jawab dalam setiap goresan pena ilmiah yang dimuat, biar tulisan ilmiah menjadi lebih kredibel.


Demikianlah ciri-ciri bahasa komunikatif dalam penulisan buku ilmiah. Mulai dari sekarang, tanamkan kebiasaan menulis seperti orang yang sedang berbicara. Bukan tanpa tujuan, dengan menanamkan kebiasaan tersebut, penulis akan lebih gampang dalam menulis buku. Kemudahan tersebut juga mampu melahirkan keuntungan-laba yang datang terhadap penulis. Kaprikornus, tunggu apa lagi? Mulailah menulis buku dengan gaya bahasa komunikatif!


Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini. atau Anda bisa langsung Kirim Naskah dengan mengikuti prosedur berikut ini: KIRIM NASKAH


Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang buku ajar anda dapat menyaksikan Artikel-postingan berikut:


Teknik Menulis Buku Ilmiah untuk Seorang Akademisi atau Peneliti


Cara membuat buku Ilmiah memakai 6 Sumber Inspirasi Menulis


Ingin Menulis Buku Ilmiah? Gunakan Tips Jitu Berikut Ini!


Teknik Menulis: Inilah 6 Tips Menulis Buku Ilmiah


Hindarilah Menulis Buku Ilmiah Dengan Bahasa Kaku nan Membosankan!


Jika Anda memiliki BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan akomodasi KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!


[Mas Aji Gustiawan]


Referensi            :


– Wibowo, Wahyu . 2013. Menulis Artikel Ilmiah Yang Komunikatf. Yogyakarta: PT Bumi Aksara



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama