Sri Mulyani Indrawati -Menteri Keuangan- mengingatkan kembali mengenai kontraksi ekonomi pada kuartal III-2020. Walau tidak sedalam seperti pada kuartal II, namun Sri Mulyani menganggap bahwa masih terus diwaspadai.
Saat di Gedung DPR RI, mantan direktur pelaksana bank dunia itu menyampaikan, “Kontraksi ekonomi Indonesia di tahun 2020 ini di kuartal kedua kemungkinan masih akan berlangsung, dari sisi kuartal ketiga walaupun suasana ketiga mungkin relatif lebih baik dari kuartal kedua tersebut”.
Menurut Sri Mulyani, kontraksi perekonomian tidak cuma terjadi di Tanah Air, tetapi juga hampir di semua negara di dunia. Kontraksi terdalam terjadi khususnya pada kuartal II dan diprediksi akan berlanjut di kuartal ke III.
Outlook ekonomi Indonesia di tahun ini direvisi ke bawah. Pertumbuhan ekonomi sebelum virus Corona diprediksi mampu tumbuh ke angka 5,3 persen dan dikala ini menjadi minus 1,1 sampai 0,2 persen.
Mengenai Indonesia, Sri Mulyani menerangkan bahwa kuartal III masih akan berada di zona negatif alasannya penyebaran Covid-19 masih terus meluas sehingga kebijakan pembatasan sosial kembali dikerjakan. Seperti yang diketahui, di hampir provinsi seluruh Indonesia sudah terkontaminasi Covid-19.
Sri Mulyani menuturkan, “Beberapa provinsi atau kabupaten kota bahkan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, dan ini pasti menimbulkan tantangan yang hebat dari sisi sosial ekonomi”.
Ia menyertakan, “Penanganan kesehatan dan dari segi penanganan sosial ekonomi tidak bisa dipisahkan, ini mirip rem dan gas yang mesti terus kita seimbangkan alasannya dua-duanya bukan ialah opsi namun dua-duanya ialah keharusan untuk kita jaga itu di bidang kesehatan dan bidang sosial ekonomi”.
Saat ini pemerintah akan terus mengupayakan segala instrumen kebijakan untuk menanggulangi dampak dari pandemi ini. Kebijakan mulai dari sisi kesehatan sampai sosial dilakukan dengan segera.
Kabar yang paling modern, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali selaku langkah rem darurat terkait penanggulangan pandemi virus corona.
Dalam konferensi pers daring hari Rabu (9/9/2020), Anies menyampaikan, “”Dalam rapat tadi sore ditarik kesimpulan: Kita akan menarik rem darurat kita terpaksa kembali menerapkan pembatasan berukuran besar mirip periode permulaan pandemi. Bukan PSBB transisi, tetapi PSBB selaku mana kala dahulu. Ini rem darurat yang kita tarik”.
Sri Mulyani menjelaskan, “Meskipun kita tetap dibayangi ketidakpastian balasan Covid-19, kita berharap tahun 2021 proyeksi akan pada tingkat pertumbuhan 4,5% sampai 5,5%”.
Dengan segala upaya ini, dibutuhkan pada tahun depan perekonomian Indonesia mampu kembali ke tren permulaan sebelum adanya pandemi Covid-19.
Sumber stt.ac.id