Benarkah Emas Menjadi Tak Menawan Lagi?





Emas tengah dalam nasib yang kurang baik. Harga logam mulia itu kemarin harganya jeblok ke bawah US$ 1.800/troy ons. Jika menyaksikan pada jual beli hari Jumat (5/2/2021) ini, emas masih depresi.


Harga emas masih saja terus merosot meski Amerika Serikat (AS) sudah berancang-ancang menggelontorkan stimulus fiskal yang menakjubkan yaitu senilai US$ 1,9 triliun.


Seperti yang diketahui, stimulus fiskal ialah salah satu materi bakar utama emas untuk menguat. House of Representative (DPR) AS telah menyetujui resolusi anggaran pada hari Rabu waktu setempat. Resolusi tersebut akan diserahkan ke Senat AS dan diprediksi juga akan disepakati di pekan ini.


Meski demikian, pelaku pasar tetap menanti kepastian cairnya stimulus tersebut. Di tengah penantian, harga emas turun meski tidak terlalu besar.


Harga emas condong stagnan dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Setelah jatuh 2,26% dalam sehari, harga emas cuma naik tipis sebesar 0,07% ke US$ 1.793,6/troy ons. Untuk pertama kalinya harga emas anjlok ke bawah US$ 1.800/troy ons semenjak bulan November kemudian.


Sementara itu, harga emas batangan buatan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam ambruk pada jual beli hari Jumat (5/2/2021) ini sampai ke level terendah dalam lebih dari 6 bulan terakhir. Ambrolnya harga emas dunia menjadi pemicu merosotnya harga emas Antam.


Benarkah Emas Menjadi Tak Menarik Lagi?

Benarkah Emas Menjadi Tak Menarik Lagi?


Melansir data dari situs resmi PT Antam, logammulia.com, harga emas batangan turun Rp 13.000/gram hari ini. Satuan 1 gram dibanderol Rp 930.000/US$, secara persentase ambrol 1,38%. Level tersebut juga merupakan yang terendah sejak 24 Juli 2020.


Sedangkan satuan 100 gram dijual Rp 87.212.000/batang atau Rp 872.120/gram, secara persentase turun 1,47%.


Terus menurunnya harga emas memberikan jikalau logam mulia ini sedang tidak menarik, bahkan setelah adanya sinyal stimulus fiskal dan pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pekan kemudian.


Mengutip Kitco pada hari Senin (25/1/2021) kemudian, Carsten Fritsch, analis di Commerzbank menyampaikan, “Minat investor (kepada emas) sedang menurun saat ini”.


Fritsch mengatakan emas ketika ini terjebak di rentang US$ 1.800/troy ons hingga US$ 1.900/troy ons, dan butuh dorongan yang besar untuk keluar dari rentang tersebut.


“Dorongan yang dibutuhkan untuk keluar dari rentang dikala ini masih kurang, dan perlu dilihat apakah The Fed bisa memberikan dorongan tersebut ketika mengumumkan kebijakan moneter”, katanya.


Namun, salah seorang analis dari Standard Chartered yaitu Suki Cooper optimis harga emas masih potensial menguat.


Menurutnya keadaan makroekonomi sekarang ini dengan stance kebijakan moneter dovish, tren pelemahan dolar AS, imbal hasil riil obligasi pemerintah AS yang negatif, kebijakan stimulus fiskal jumbo di periode pemerintahan Biden hingga ekspektasi inflasi yang tinggi masih menjadi katalis kasatmata bagi logam mulia ini.


Hanya saja keadaan pasar saat ini tengah diwarnai dengan adanya aksi spekulasi baik di saham-saham teknologi AS maupun aset lain mirip cryptocurrency. Sebagai aset yang tak memberi imbal hasil pastinya emas menjadi kurang dilirik alasannya ada aset lain yang lebih menawan dan memperlihatkan laba yang lebih besar.







Sumber stt.ac.id

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama